Rabu, 14 Januari 2009

Tugas Kelompok Terakhir kls IB


BERSAING DENGAN PELAJAR INTERNASIONAL


Mengacu pada laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) 2004, tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia diukur dari indikator kesehatan, pendidikan, dan ekonomi jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara. Indek Pembangunan Manusia (HDI) Indonesia berada pada peringkat 111 dari 175 negara, jauh di bawah Singapura (25), Brunai Darussalam (33), Malaysia (58), Thailand (76), atau Filipina (85). Walaupun Indikator pendidikan tidak serta merta mencerminkan posisi pendidikan di suatu negara, kenyataan penilaian kuantitatif atas praktik pendidikan ini sangat memprihatinkan.

Penilaian yang dilakukan oleh badan dunia itu ada benarnya jika kita melihat pada stara pendidikan tinggi pun Indonesia tidak termasuk pada 100 universitas top di Asia Pasifik dan 500 universitas top di dunia. Berdasarkan penilaian versi Majalah Asiaweek 2000, universitas yang dipandang baik seperti UGM hanya menduduki peringkat 68 di Asia. ITB yang dipandang universitas teknologi terbaik di Indonesia hanya menduduki ranking 21 di Asia. Apakah memang bangsa ini sudah kehilangan stok orang-orang baik, cerdas, religius dan bermartabat? Apa bangsa ini tidak memiliki daya saing untuk berdiri sama tinggi dengan negara-negara kecil berpenduduk jutaan? Atau memang sistem pendidikan kita buruk yang tak sanggup melahirkan dan memunculkan orang-orang pintar berintegritas? Atau memang politisi kita berkualitas “di bawah standar” sehingga tak mampu merumuskan kebijakan dan praksis pendidikan yang mengubah bangsa ini lebih visioner. Bukti awal buruknya kualitas orang Indonesia tercermin dari calon wakil rakyat yang menggunakan ijazah upers (baca: tidak lulus sekolah), pemakaian ijazah aspal, korupsi yang merajalela, dan ketakmampuan memberi apresiasi pada orang lain. Di tingkat pendidikan dasar banyak sekolah seperti kandang kambing dan menyedihkan. Perguruan tinggi Indonesia pun tidak berbicara banyak di forum internasional, padahal memiliki lembaga riset dan dewan pakar.

Negara Indonesia penduduknya melimpah dengan anak-anak sangat cerdas, unggul dan berkemampuan istimewa. Sudahkah anak-anak unggul ini diberi pendidikan khusus sesuai amanat UU No 40 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional? Sudahkah negara menyadari pentingnya memfasilitasi anak-anak berkemampuan istimewa dengan pendidikan yang berbeda? Sudahkah ada eksperimentasi tentang sekolah-sekolah yang didesain untuk menciptakan siswa yang memiliki kecerdasan akademik? Tahun 1970-an muncul Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) yang dapat memberi layanan anak-anak istimewa untuk berkembang cepat. Selanjutnya tahun 1990 Depdiknas berkolaborasi dengan Dephankam dan Taman Siswa memunculkan pendirian SMA Taruna Nusantara di Magelang yang bertujuan menghadirkan calon-calon pemimpin maa depan.. Sekarang, muncul kelas akselerasi di SMA terbaik di berbagai kota yang didukung oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa Depdiknas. Produk pendidikan yang disebutkan di atas memang mampu melahirkan anak cerdas bermasa depan. Bahkan sekolah Intenasional di Indonesia sudah menggunakan kurikulum berstandar International Baccalaurrets Organizaion (IBO).

Produk sekolah-sekolah unggul di Indonesia pada saatnya akan dapat memunculkan insan cendekia yang profesional yang didasarkan pada keahlian (expertise), tanggung jawab (responsibility), dan kesejawatan (corporateness). Namun, sampai sat ini pendidikan kita masih memanen hasil awal manusia yang suka menghina dan meledek, menyalahkan orang lain, bahkan mengungkit-ungkit masa lalu yang kelam. Bahkan, industri komunikasi kita masih memproduksi televisi yang menyuguhkan tayangan yang tidak masuk akal, pornografi yang bertentangan dengan nilai agama dan rasionalitas. Namun, dibelantara ketidakmasukakalan dan disfungsi spriritualitas masih ada insan-insan cendekia yang memiliki personal dan social skill karena mereka memiliki kemampuan berkomunikasi untuk melakukan susuatu yang baik.


  • Mengklasifikasi Kemampuan Dengan Fasilitas

Anak-anak yang diidentifikasi berkemampuan unggul menghendaki layanan pendidikan berbeda dari anak-anak normal sehingga ia mampu memberi kontribusi pada dirinya atau masyarakat khususnya. Kemampuan anak berkemampuan unggul mencakup kemampuan intelektual umum, bakat akademik khusus, berpikir kreatif dan produktif, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kekampuan dalam bidang seni, penampilan, dan kemampuan motorik.

Anak yang demikian wajib memperoleh fasilitas pendidikan yang sanggup mengakomodasi kepentingan dan motivasi belajar. Ia perlu guru-guru yang baik yang sanggup berperan sebagai motifator, fasilitator, kawan, dan pemandu bakat. Semua anak jenis ini memiliki “pikiran berbeda” dibandingkan dengan anak-anak normal. Ciri penanda anak berkemampuan ini adalah (a) memiliki pemahaman, konsep dan metode bidang-bidang tertentu , (b) mampu mengaplikasikan pemahaman, konsep, dan metode itu pada bidang lain dengan kreatif, (c) selalu berkeinginan untuk menghasilkan sesuatu yang sempurna pada setiap pekerjaannya, (d) selalu memiliki keinginan untuk berkompetitif dan berbeda pendapat, (e) kemampuan belajar cepat, dan (6) konsisten mempelajari bidang-bidang tertentu yang disukainya.

Anak-anak berkemampuan istimewa itu harus diberi pendidikan yang istimewa untuk menghasilkan karya yang istimewa. Jika potensi kecerdasan akademik ditambah dengan keterampilan personal dan sosial oleh orang-orang yang mengasihinya (orang tua dan guru di sekolah) maka ia akan dapat menghasilkan karya-karya unggul. Seorang insinyur sipil produk fakultas teknik jelek, akan mengkorupsi semen dalam campuran beton bangunan dan jembatan, dan tidak menyadari bahwa kecurangan itu akan dapat membahayakan keselamatan penghuni apartemen, gedung pertemuan, sekolah, dan banjir bandang. Peristiwaitu, tidak akan terjadi jika Insinyur kita dididik di laboratorium dengan cara membuat beton, diuji hasilnya dan dikomunikasikan kepada asosiasi profesional, dan anak diberi penghargan. Maka jangan heran kalau proyek-proyek yang dilakukan pemerintah hanya berusia setahun. Karena semua perencana pembangunan mulai pimpro sampai pekerja lapangan berbuat curang. Jalan bebas hambatan Yogya-Prambananmisalnya, baru diremiskan sudah banyak aspal yang mengelupas.

Anak berkemampuan unggul tidak akan melakukan tindakan yang dinilainya tidak bergengsi dan memalukan seperti menipu, memalsu dan bohong. Dengan demikian, menciptakan Indonesia yang bermartabat 20 tahun yang akan datang diperlukan pemandu bakat anak-anak unggul dari orang tua yang sedih melihat Indonesia terpuruk. Oleh karena itu, sedini mungkin dilakukan pemanduan bakat (talent scouting) anak-anak yang memiliki kecerdasan akademik. Anak-abak yang demikian itu ada di seantero Indonesia, baik anak orang miskin maupun berpunya yang diberi kesempatan sama untuk melanjutkan dan mengembangkan kompetensi mendasar yang dimiilikinya, sanggup berinterkasi dengan para pemimpin di bidangnya, menerapkan dan mengkomunikasikan pengetahuan berkaitan dengan masalah-masalah muthakhir


Oleh :

  • Zainur Rahman
  • Siti Rubiah
  • Robyansyah
  • Siti Qory Maryam
  • Sadudin
  • Saiful Anam

0 komentar: