Jumat, 29 Mei 2009

TUGAS UAS SPI


Nama : Zainur Rahman

Kelas : IB PAI Reguler

NIM : (108011000064)

Mata Kuliah : Sedjarah Peradaban Islam


PELAYARAN ISLAM NUSANTARA

Tulisan-tulisan tentang asal mula islamisasi di kawasan Asia Tenggara, hampir di mulai dengan pasai atau kota-kota pelabuhan lainnya sepanjang pesisir timur laut sumatera dan pesisir utara laut Jawa. Tidak dapat disangkal bahwa dengan adanya kota-kota Islam tersebut kegiatan sekuler dan perdagangan berkembang pesat baik di kota pelabuhan maupun pedalaman.[1]

Hanourani memberikan gambaran tipe kota Islam yang ideal adalah yang mencakup lima komponen utama walaupun tidak mutlak. Pertama yaitu keberadaan benteng kota atau bangunan pertahanan. Kedua, adanya kota raja atau wilayah tertentu yang mencakup tempat tinggal raja, kantor pemerintahan, serta fasilitas bagi kepentingan pasukan pribadi raja (pengawal). Ketiga, adanya komplek urban di pusat kota yang terdiri dari masjid-masjid, sekolah-sekola keagamaan, pasar serta pemukiman-pemukimn khusus untuk kelompok tukang dan pedagang juga tempat tiggal para bangsawaan, kelompok etnis asing yang tinggal menetap, juga kelompok pemeluk agama minoritas. Kelima, wilayah luar yang disebut daerah pinggiran kota sebagai pemukiman bagi pendatang baru atau bersifat sementara ke kota itu.[2]

Seperti pertumbuhan dan perkembangan Islam di Jawa yang mendorong munculnya kota pusat kerajaan Demak dan kota-kota pelabuhan seperti Jepara, Tuban, Gresik, Sedayu, membentuk rangkaian kota pelabuhan yang strategis. Hal ini didukung pula dengan dominasi pedangang-pedagang Muslim dalam lajur pelayaran dan perdagangan melalui Selat Malaka, sepanjang pesisir Jawa sampai Maluku. Satu hal penting lagi untuk kajian perkotaan di Asia Tenggara juga dipengaruhi faktor magis-religius berhubungan dengan kosmologi.[3]


Ø PERLAK SEBAGAI KERAJAAN PERTAMA

Laporan Marco Polo dalam perjalananya dari China ke Persia tahun 1292, menyatakan bahwa dia telah mengunjungi enam dari negara vassal yang ada di Sumatra di Sumatera dan hanya satu diantaranya yang telah memluk Islam yaitu Ferlec yang kemudian dikenal dengan Peurlak. Para pedagang Muslim telah mengislamkan para penduduk urban sedangkan penduduk di pedalaman masih melanjutkan tradisi lama mereka.[4]

Ibnu Batutah pada tahun 1345 dalam perjalanannya melaporkan behwa telah bertemu Sultan al-Malik az-Zahir yang juga telah mengirimkan utusannya ke Delhi dan China. Kerajaan ini telah berpenduduk Islam yang taat, hal ini juga ditulis Fa-Hien dalam perjalanannya ke negeri India.[5]


Ø MALAKA

Mulai dari Sumatera Timur, Islam kemudian berkembang di Malaka sepanjang jalur perdagangan.

- Perkembangan Pelayaran terjadi pada tahun 1445-1459 Malaka diperintah oleh Sultan Muzaffar Shah. Penyebaran Islam dilakukan sendiri sehingga mengalami perkembangan yang pesat dan mampu menguasai perdagangan. Sumbangsih kota pelabuhan Trengganu & Kedah menjadi Negara vassal Malaka sehingga menerima Islam daerah-daerah sebelah sisi barat sumatera seperti Rokan, Kampar, Siak, juga Indragiri menerima Islam sebagai konsekwensi pengakuan kedaulatan Malaka pada abad XV.

- Ibu kota Sungai Johor & dipindahkan pada tahun 1511 ke Kepulauan Riau untuk mengakomodasi kepentingan bangsa aceh.


Ø ACEH

Aceh sebagai pengganti Malaka menjadi Kerajaan Islam yang kuat dan menjadikan pasai sebagai bagian dari wilayahnya sekitar pertengahan 1524 disusul Lamuri dan Aceh Dar al-Kamal sehingga mengukuhkan Aceh sebagi pemegang komoditas lada.

- Perkembangan Pelayaran mulai terjadi pada masa pemerintahan ‘Ala’ al-Din (1548-1571). Pada pemerintahannya Aru & Johor berhasil ditaklukan & dengan bantuan persenjataan kerajaan Dinasti Ottoman (1562), portugis di malaka diserangnya.

- Puncak Kejayaan Aceh berlangsung pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637) dan ini bisa dikatakan kejayaan pelayaran Islam di sumatera pada waktu itu. Karena sepanjang pantai Sumatera dapat dikuasai dalam rangka berlangsungnya perdagangan lada. Dan secara otomatis pintu penyebaran Islam pun terbuka. Sehingga, pada masa ini pula sekitar Gayo dan minangkabau diislamkan.

- Peninggalan berupa sebuah Istana yang dilapisi emas sehingga dikagumi bangsa barat sebagai masjid besar dengan ruangan.


Ø MINANGKABAU

Dataran tiggi padang menerima pengaruh islam lebih terakhir.

- Tokoh islamisasi di Minangkabau yaitu Syekh Ibrahim yang mengajurkan agar menjalin hubungan dengan islam di jawa.

- Sangat masuk akal Minangkabau mempunyai jaringan islamisasi dari Aceh lewat pidie lewat pariaman melalui jalur perdagangan Muslim pada akhir abad IX.

Hubungan dengan Aceh diawali dengan perseteruan antara penguasa Minangkabau dengan Aceh dan diakhir dengan perkawinan penguasa Minangkabau dan saudara perempuan sultan Aceh. Minangkabau mendapatkan wilayah teritori pantai yang cukup luas dari mertuanya (Aceh), sehingga Minangkabau harus menjalin hubungan dengan para pedagang Muslim.


Ø JAWA

Tahun 1524-1546, Islam mengalami persebaran yang sangat cepat keseluruhan Jawa bahkan sampai Kalimantan. Hal ini merupakan usaha sultan Demak ketiga yaitu Trenggono yang bergelar Sultan Ahmad Abdul ‘Arifin melalui serangkaian penaklukan Sunda Kelapa, Majapahit, dan Tuban sekitar yahun 1527.[6]

Pengakuan kekuasaan Demak oleh Banjarmasin dan palembang semakin memperluas persebaran Islam itu sendiri & dibantu oleh Syekh Siti Jenar dan Sunan Tembayat, daerah pedalaman sekitar G. Merapi, Penging, dan Pajang juga menyatakan tunduk pada Demak.

Hasanudin meluaskan agama Islam sampai Lampung & Sumater Selatan. Bangsawan sunda juga banyak yang masuk Islam. Setelah pengganti Hasanudin berkuasa, Banten mulai seringkali terjadi konflik antara Banten dn VOC.[7]


Ø MALUKU & SULAWESI

Penyebaran Islam mencapai kepulauan Maluku mengikuti jalur perdagangan mulai pertengahan akhir abad XV.

- Tokoh & Raja penyebar Islam yaitu Tuhubahahul dan diteruskan oleh Raja Zainal Abidin (1486-1500) setelah berpulang dari jawa (madrasah Giri) untuk mendalami Islam dan juga[8] .

- Berkat sebuah qadi yang bernama Ibrahim di Ambon didirikan sebuah masjid beratap tujuh yang meniru masjid di Giri. [9]

- Kekuatan Islam di wilayah ini didukung oleh kerajaan Gowa dan Tallo yang menjalin hubungan baik dengan Ternate dan Giri. Raja Islamnya yang pertama adalah Alaudin (1591-1636) pada tahun 1605.[10]

- Penyebaran Islam sesudahnya menyesuaikan dengan tradisi keharusan seorang raja memberitahukan hal baik kepada yang lain maka raja-raja Luwu, Wajo, Soppeng, dan Bone juga menerima Islam.[11]


Ø KALIMANTAN

Islam di Kalimantan hampir sama dengan daerah lain, yaitu banyak berkembang di daerah pesisir.

- Indikasi Islam telah ada sejak abad XVI yang dianut oleh sebagian masyarakat Banjarmasin.

- Islam yang berkembang tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh kerajaan Islam di Jawa yaitu Demak sebagai syarat yang harus dipenuhi Banjarmasin untuk mendapatkan bantuan kekuatan melawan musuhnya.

- Islam mulai masuk ke daerah ini dari pantai barat laut yang kemudian menyebar ke sukadana di Kalimantan Barat pada tahun 1550 dibawa oleh orang-orang islam dari palembang. Tahun 1600 agama Islam telah menjadi agama umum rakyat di sepanjang pesisir setelah raja mereka memperistri puteri kerajaan Demak pada tahun 1590. seorang syekh dari mekah bernama Syamsiddin datang ke Sukanada memberikan penghargaan kepada rajanya berupa Kitab suci Al-Qur’an, cincin,berukir, dan piagam serta pemberian gelar kehormatan sebagai sultan Muhammad Saifuddin.[12]

- Suku Idaan di Kalimantan bagian utara memandang orang Islam sebagai bangsa yang lebih mulia dari mereka sendiri. Suku dayak sejak tahun 1671 sampai tahun 1764 telah banyak yang beralih memeluk agama Islam. Hal ini tak telepas dari masuknya bangsa-bangsa lain dari luar seperti Arab, Bugis, Melayu, Cina yang telah berlangsung sejak abad VII. Memang mayoritas Muslim Kalimantan adalah keturunan asing dan bukan penduduk asli.[13]


Ø BALI, LOMBOK, SUMBAWA

Islamisasi di Bali erat hubungannya dengan Jawa. Setelah runtuhnya Majapahit oleh Raden Patah, banyak bangsawan Hindu yang melarikan diri ke Bali(1481). Islam yang ada sedikit sekali dan mayoritas adalah pendatang. Masuknya Islam di Lombok khususnya pada bangsa sasak tidak terlepas dari peranan mubaligh Bugis yang telah banyak diislamkan oleh raja Bone. Pertama melalui perdagangan bangsa Bugis yang dilanjutkan lewat hubungan perkawinan setelah sebagian pedagang Bugis Muslim tersebut menetap di Lombok.[14]

Beralihnya agama orang sasak menjadi Islam membuat Lombok terbagi menjadi dua kelompok yang sangat bertentangan yaitu suku sasak dengan Islamnya dan suku Bali yang masih menganut Hindu. Pada abad XVIII Bali justru mampu menguasai suku sasak walaupun komunitas suku sasak lebih besar. Pemerintahan Hindu Bali sangat sewenang-wenang sehingga Muslim sasak mengadakan pemberontakan. Ketidakseimbangan kekuatan menyebabkan sasak meminta bantuan pada Belanda pada tahun 1894, barulah Islam dapat berkembang.[15]

Islam Sumbawa dan Flores hampir sama dengan di Lombok yang berkembang antara 1540 sampai 1550 walaupun tidak dapat ditemukan catatan yang cukup. Meletusnya Gunung Tambora dimanfaatkan Haji Ali, Tokoh Islam saat itu untuk mengingatkan masyarakat akan kewajiban terhadap agamanya. Hal ini ternyata sangat membantu pengislaman penduduk Sumbawa.[16]



[1]Perdaban Islam Pra-Modern di Asia Tenggara, hal, 381

[2]A.H Hanourani dan S.M Stern, “The Islamic City in Light of Recent Research”, dalam The Islamic City, A Collogium, (Oxpord: Bruno Cassiarer,1970), hal. 9-24.

[3]Tjandrasasmita, Sejarah Nasional, hal. 215

[4]P.M. Holt, Ann K.S Lambton, Bernard Lewis, The Cambridge History Of Islam, vol. 2 ,

(New York: Cambrige University Press, 1970). Hal. 123.

[5]Ibid, Hal. 12

[6]H.J de Graaf dan Th. G. Th. Pigeud. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. (Jakarta: Grafiti Press, 1985). Hal. 49

[7]Sartono Krtodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Jilid I (Jakarta:Gramedia,1987). Hal 114

[8]Perdaban Islam Pra-Modern di Asia Tenggara, hal, 382

[9]H. J. de Graaf, Disintegrasi Mataram di bawah Amangkurat I , (Jakarta:Grafiti Press,1987). hal. 15

[10]Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, 9jakarta:MUI,1992) hal. 26

[11]Tjandrasasmita, Sejarah Nasional, hal, 26

[12]Thomas W Arnold, The Preaching of Islam, (Jakarta: Widjaja,1981) hal. 341

[13]A.S Harahap, Sedjarah Penjiaran Agama Islam di Asia Tenggara, (Medan: TB Islamiyah,1951) hal. 42

[14] Ibid,54

[15] Ibid,55

[16] Ibid,55